Senin, 09 Januari 2012



Puasa dalam Islam
Puasa dalam agama Islam atau Shaum (dalam Bahasa Arab صوم) artinya menahan diri dari makan dan minum serta segala perbuatan yang bisa membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar hinggalah terbenam matahari, untuk meningkatkan ketakwaan seorang muslim. Perintah puasa difirmankan oleh Allah pada Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 183.
Berpuasa merupakan salah satu dari lima Rukun Islam. Terdapat puasa wajib dan puasa sunnah, namun tata caranya tetap sama.
Waktu haram puasa adalah waktu saat umat Muslim dilarang berpuasa. Hikmah puasa adalah ketika semua orang bergembira, seseorang itu perlu turut bersama merayakannya.
    * Hari Raya Idul Fitri (1 Syawal)
    * Hari Raya Idul Adha (10 Zulhijjah)
    * Hari-hari Tasyrik (11, 12, dan 13 Zulhijjah)
Perintah berpuasa dari Allah terdapat dalam Al-Quran di surat Al-Baqarah ayat 183.
    "Yaa ayyuhaladziina aamanuu kutiba alaikumus siyaamu kamaa kutiba 'alalladziina min qablikum la allakum tataquun"
“ Wahai orang-orang yang beriman, telah diwajibkan ke atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan ke atas umat-umat yang sebelum kamu, semoga kamu menjadi orang-orang yang bertaqwa."
Hikmah Puasa :
Ibadah shaum Ramadhan yang diwajibkan Allah kepada setiap mu’min adalah ibadah yang ditujukan untuk menghamba kepada Allah seperti yang tertera dalam QS. Al- Baqarah/2: 183. Hikmah dari ibadah shaum itu sendiri adalah melatih manusia untuk sabar dalam menjalani hidup. Maksud dari sabar yang tertera dalam al-Quran adalah ‘gigih dan ulet’ seperti yang dimaksud dalam QS. Ali ‘Imran/3: 146.
Jenis-Jenis Puasa
    * Puasa yang hukumnya wajib
          o Puasa Ramadan
          o Puasa karena nazar
          o Puasa kifarat atau denda
    * Puasa yang hukumnya sunah
          o Puasa 6 hari di bulan Syawal
          o Puasa Arafah
          o Puasa Senin-Kamis
          o Puasa Daud (sehari puasa, sehari tidak)
          o Puasa Asyura (pada bulan muharam)
          o Puasa 3 hari pada pertengahan bulan (menurut kalender islam), tanggal 13, 14, dan 15
Syarat wajib puasa
   1. Beragama Islam
   2. Berakal sehat
   3. Baligh (sudah cukup umur)
   4. Mampu melaksanakannya
   5. Orang yang sedang berada di tempat (tidak sedang safar)
Syarat sah puasa
   1. Islam (tidak murtad)
   2. Mummayiz (dapat membedakan yang baik dan yang buruk)
   3. Suci dari haid dan nifas
   4. Mengetahui waktu diterimanya puasa
Rukun puasa
   1. Niat
   2. Meninggalkan segala hal yang membatalkan puasa dari terbit fajar hingga terbenam matahari

Tentang Iman

Sering kali kita mendengar kata-kata iman. Dalam bahasa arab, semua kata yang terdiri dari alif, mim, dan nun, mengandung makna pembenaran, percaya, dan ketenangan hati. Orang beriman, adalah mereka yang percaya, membenarkan terhadap satu objek tertentu yang yang dengan hal itu maka hatinya menjadi tenang.

Dalam Al Quran, orang beriman dijelaskan sebagaimana ayat,
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, Kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang benar". (QS: 49:15)
Ayat ini menjelaskan kepada kita tentang ciri dari orang-orang yang beriman. Dalam hati mereka tidak ada lagi keraguan untuk percaya kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan keyakinannya itu dibuktikan dengan kesungguhan mereka dalam hal yang berhubungan dengan harta dan jiwa mereka. Maka dikatakan dalam akhir ayat tersebut, mereka adalah orang-orang yang benar.

Iman sendiri terdiri, sebagaimana kita ketahui terdiri 6 rukun, ia adalah ;
Iman kepada Allah, kepada malaikat, kepada Rasul, kepada kitab-nya, kepada Hari akhir, dan kepada taqdir.

Sesungguhnya, masing-masing dari pembahasan ini adalah merupakan pembahasan yang sangat panjang. 

Dalam kesempatan ini, marilah kita pahami lebih jauh bagaimana keimanan itu bisa terjadi.

Jika ada seseorang menyalakan api pada sebuah lilin, lalu bertanya pada kita, apakah anda mau menaruh jari anda diatas api tersebut selama 5 menit....?
Pada umumnya, kita tentu, kita akan menjawab : “tidak..!”
Mengapa...?

Karena kita tahu, bahwa api itu panas, dan sifat panasnya bisa membakar jari kita...
Tetapi jika hal ini di ajukan kepada anak yang berusia 2 sampai 3 tahun, apakah anak tersebut  akan melakukan hal yang sama dengan kita...?

Boleh jadi, anak itu bukannya menjauhkan tangannya dari api tersebut tetapi malah mendekatkan tangannya pada api tersebut.

Ilustrasi sederhana ini, memberikan gambaran kepada kita tentang hubungan antara ilmu dengan iman.

Sebanyak ilmu yang kita miliki tentang api, maka sejauh itu pulalah kepercayaan kita kepada api tersebut. Ketika kita ilmu masuk dalam pikiran kita bahwa api itu panas dan bisa membakar tangan kita, maka kita pun tidak akan pernah meletakkan tangan kita di atas api tersebut, berbeda dengan seorang anak yang belum memiliki ilmu tentang api....

Ilustrasi ini, bisa kita gunakan untuk mengukur keimanan dalam konteks iman yang termasuk dalam dalam rukun iman. 

Sejauh ilmu kita kepada Allah, malaikat, Rasul, kitab, hari kiamat dan takdir, maka sejauh itu pulalah kadar keimanan kita. Semakin tinggi ilmu seseorang tentang itu, maka semakin tinggi pula kadar keimanannya, demikian pula sebaliknya. 

Yang dengan hal ini, kita bisa mengetahui, bahwa kadar keimanan satu manusia dengan manusia lainnya berbeda-beda. Ada yang tinggi, ada pula rendah. Dan semua itu tergantung dari, sejauh mana ilmu yang ia miliki. Dan ilmu yang ia dapat dalam konteks menambah keimanan, tergantung dari sejauh mana ia berkorban untuk mendapatkan ilmu tersebut.

Inilah iman, potensi yang Allah berikan pada setiap manusia, dan Allah tidak membeda-bedakan, antara pria dan wanita dalam hal ini. Hal ini sebagaimana yang telah kita bahas sebelumnya,
"Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan".(QS :16 :97)